Simandolak, Kecamatan Benai, Kuantan Singingi, 15 Agustus 1962 silam, seorang bayi lelaki bernama Aras Mulyadi terlahir, tumbuh dan berkembang dibawah bimbingan orang tuanya. Berlecah disawah, malope ponek mandi di Batang Kuantan, kabalo Jawi di padang rumput, serta memasarkannya kepasar tradisional, ini semua menjadi keseharian Aras kecil. Hal inilah yang meumbuhkan motivasi anak sulung dari lima bersaudara ini dibidang pertanian dan perikanan.
Bercerita tentang sekolah penasehat IPMKB ini, sejak duduk dibangku SD N 1 Simandolak, Kecamatan Benai, Kabupaten Kuantan Singingi hingga SMP Negeri IV Koto Benai, juga di Kec. Benai, Kab. Kuansing ia dikenal sebagai jago kelas. Ini tidak terlepas dari prestasi Aras ketika masih tinggal dikampung. Kemudian dengan dorongan keluarga terutama pamannya untuk melanjutkan pendidikan sekolah di Pekanbaru, Aras melanjutkan pendidikannya di SMA N 1 Pekanbaru.Memasuki perguruan tinggi Aras memilih Jurusan Budidaya Perikanan Fakultas Perikanan (Faperika) Universitas Riau (Unri), Aras meraih gelar Ir pada tahun 1986 dengan Judul Skripsi “Pengaruh Posfat dan Nitrat Terhadap Pertumbuhan Klekap.”
Memilih fakultas perikanan merupukan, kata Aras, dorongan keinginan masa kecil. “Sewaktu kecil saya sangat suka ikut ayah pergi menangkap ikan, ingin tahu banyak tentang ikan yang mendorong saya mamasuki Fakultas Perikanan,” ungkap putra dari Arifin Jais ini sewaktu mnyanpaikann kata sambutan saat wisudanya dan ia dinobatkan sebagai pemuncak.
Setelah gelar keserjanaan diraih, bapak tiga manak ini pun mulai merambah dunia pekerjaan. Dorongan menjadi guru membuat mantan Ketua Pengurus Pelajar Indonesia, Montpelier, Francis 1993-1994 ini melamar sebagai dosen Unri. Tahun 1989 impian Aras tercapai. Tidak hanya menjadi PNS, ia bahkan terpilih sebagai salah satu yang berkesempatan mengikuti pasca sarjana ke Francis. “Sungguh di luar logika rasanya, seorang anak desa nun jauh di pelosok sana, di berikan rahma oleh Allah SWT mengeyam pendidikan hinfgga ke Eropa,” syukur Aras terhadap apa yang ia raih.
Sadar akan kekurangan berbahasa Prancis. Ia pun menjalani kursus bahasa Prancis selama enam bulan di Jakarta, “Saya sangat membutuhkannya, karena di sana kuliah memakai bahasa Prancis, saya harus bias menguasainya,” tekad Aras ketika itu. Menguasai bahasa Prancis adalah modal awal untuk melanjutkan pendidikan di Prancis, setibanya di Prancis dosen teladan Faperika Unri ini kembali mendalami bahasa Prancis selama enam bulan pula.
Tahun 1990 Aras pun menapakkan kaki du Universitas Marseilles II Prancis, dengan bidang ilmu biologi oseanografi. Pendidikan ini ia selesaikan tahun 1991. Tahun 1992, Aras kembali menimba ilmu di Universitas yang sama. Kali ini untuk mendapatkan gelar doctor. Bidang ilmu yang didalaminya adalah evolusi dan ekologi. Akhir tahun 1995 gelar doctor secara resmi ia dapatkan. Kembali ke almamater, Aras pun mengabdikan diri di Faperika hingga 16 tahun.
Waktu terus berjalan. Tepatnya tanggal 17 Mei 2004, setelah kembali ke tanah air Aras dipercaya Gubernur Riau, H. M. Rusli Zainal, SE mengemban amanah sebagai wakil kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Riau. Meski sedikit canggung berprofesi sebagai seorang birokrat, Aras memaluinya penuh tanggung jawab, “Ini semua adalah rahmat Allah yang sangat-sanngat saya syukuri, awalnya memang agak grogi, maklukmsaya lebih banyak bergiat dibidang akademis, eh… tahu..tau jadi birokrat,” cerita Aras yang juga mendapat prediket peneliti terbaik Unri thun 1997, 1999 dan 2000 ini.
Menjadi guru cita-cita yang telah yang telah tertanam sejak masih kecil, akhirnya tercapai, menurut Aras Mulyadi yang sekarang menjabat Pembantu Rektor bagian Akademis (PR I) Unri ini, pendidikan menjadi tonggak pembangunan. Oleh karena itu pengembangan pendidikan daerah kiranya dapat menjawab pembangunan daerah. Tentu saja dengan system yang baik dan rapat. Begitu pula denga putra putri daerah dalam pencarian bibit unggul daerah sebagai penerus pembangunan dimasa depan. “Dipelosok pelosok banyak individu yang mampu tapi belum memliki peluang dan kesempatan untuk menimba ilmu karena keterbatasan ekonomi dan akses, untuk itu jangan pernah penyerah,” pesan Aras.
Sabtu, 31 Mei 2008 lalu ia dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ekologi dan Pemanfaatan Alga, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (Faperika) Univeritas Riau (Unri). Lengkaplah namanya menjadi Prof. Dr. Ir. Aras Mulyadi, DEA. (Sumber: Sungaikuantan.Com)
Selamat Datang Di Web Komunikasi Mahasiswa Benai
Selamat datang di portal komunikasi pemuda dan mahasiswa Kecamatan Benai (IPMKB) Pekanbaru. Revolusi informasi memberikan kemudahan bagi setiap kita umumnya ataupun sebuah organisasi khususnya dalam berkomunikasi dan menyampaikan informasi yang cepat dan accessible. Portal Komunikasi ini dibuat semata hanya mensupport luasnya bidang gerak bagi IPMKB dalam mempromosikan agenda kegiatan kepada IPMKB'ers dimanapun berada. Terakhir admin berharap saran - saran dan masukan dari rekan - rekan sekalian terhadap kemajuan portal ini. Salam persahabatan & Selamat berjuang IPMKB'ers...!!!
IPMKB SEBAGAI GENERASI Civil of Responsibility oleh: Heri Indra Putra
Perguruan tinggi sebagai lembaga penyelenggara pendidikan tinggi yang menghimpun Mahasiswa sebagai peserta didik di dalamnya, memiliki tanggung jawab moral dalam menciptakan suatu kondisi yang dinamis bagi berlangsungnya suasana kondusif di kehidupan masyarakat. Betapa tidak, perguruan tinggi diharapkan akan mampu melahirkan para pemikir, insan cita dan cipta yang kelak akan memberikan input yang positif dalam kehidupan masyarakat.
Selain itu, perguruan tinggi memiliki tanggung jawab untuk menciptakan insan intelektual (mahasiswa) yang berkepribadian dan berdedikasi tinggi terhadap kepentingan masyarakat, bukan sosok mahasiswa dengan pemahaman yang fragmatis dan oportunis. Artinya perguruan tinggi sebagai tempat berlangsungnya “learning process” berfungsi juga sebagai wahana pembentukan pribadi mahasiswa sebagai “agent of change” dan “agent of social control” di tengah-tengah masyarakat.
Sehingga perguruan tinggi selayaknya tidak hanya menyelenggarakan kegiatan akademis di ruang perkuliahan semata. Namun lebih dari itu, perguruan tinggi juga diharapkan mampu melahirkan insan-insan intelektual yang selain berwawasan luas dan visioner, juga memiliki kepekaan terhadap kondisi sosial masyarakat (Civil of Responsibility).
Mahasiswa sebagai salah satu komponen pembentuk masyarakat harus senantiasa meningkatkan kapabilitasnya agar dapat memberikan kontribusi positif dalam masyarakatnya. Mahasiswa harus mampu mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat demi perubahan komunitas masyarakat yang lebih baik. Serta senantiasa merespon setiap dinamika yang terjadi secara arif serta mengarahkannya pada perkembangan komunitas mayarakat yang lebih “dewasa”.
IPMKB adalah Ikatan Pemuda Mahasiswa Kecamatan Benai. IPMKB merupakan wadah untuk menampung dan mengembangkan kreatifitas dan aktifitas mahasiswa Kecamatan Benai yang ada di perguruan tinggi negeri maupun swasta serta pemuda Kecamatan Benai dimana pun berada, dan juga ikut memberi kontribusi pemikiran kontributif terhadap pengembangan dan pembangunan Kecamatan Benai khususnya dan Kabupaten Kuantan Singingi dan Provinsi Riau umumnya.
Sejalan dengan tujuan dan cita-cita IPMKB didirikan, Yaitu agar kawan – kawan Pemuda dan Mahasiswa yang ada didalam wadah ini segera mendapatkan informasi yang berkembang di daerah dan saling bertukar pikiran serta meningkatkan sumber daya manusia. IPMKB berusaha melahirkan generasi yang berwawasan berintelektulitas tinggi sehingga siap terjun ketengah-tengah masyarakat. Dan juga diharapkan dapat membela hak-hak masyarakat Kecamatan Benai dan Kabupaten Kuantan Singingi dalam rangka mewujudkan keadilan dan kemakmuran di Kecematan Benai dan Kabupaten Kuantan Singingi serta peka terhadap perkembangan zaman.
Pergerakan mahasiswa selalu menemukan momentum yang berbeda dari tiap zaman, tiap waktu memiliki tantangan dan tekanan yang berbeda, namun disitu ada kesamaan motif, yaitu moralitas dan idealisme. Dua hal yang menjadi prinsip selama hidup, bukan sementara saat di kampus, manakala masih di bangku kuliah saja. Selama di kampus, bisa saja- atau umumnya-, metodenya kolektif, dan ketika sudah lulus, metodenya lebih bersifat individual.
Hal krusial yang seharusnya dipikirkan adalah kaderisasi.Yang menarik, kalau dirunut kebelakang akar kata kaderisasi itu sendiri sesungguhnya tidak asli lokal. "Kader" adalah peng-Indonesiaan kata "cadre" kata Perancis yang berasal dari Italia "quadro" yang berasal dari Latin "quadrum" yang berarti segi empat atau bujur sangkar. Salah satu definisi atu arti kata "cadre" ini adalah "a nucleus or core group especially of trained personnel
able to assume control and to train others" yang kelihatannya cocok dengan
pengertian secara umum di Indonesia.
Kaderisasi adalah proses pendidikan jangka panjang untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada seorang kader. Siapakah kader? Kader adalah anggota, penerus organisasi. Nilai-nilai apa? Nilai-nilai yang diyakini bersama sebagai pembentuk watak dan karakter organisasi. Organisasi, apapun itu mutlak mensyaratkan kaderisasi. Kecuali bila organisasi anda adalah organisasi diri sendiri, yang anggotanya anda sendiri. Organisasi terpimpin sekalipun, dimana si Ketua menjadi Ketua sepanjang hidupnya tetap saja membutuhkan regenerasi untuk rekan kerjanya. Sebuah organisasi dapat kita analogikan sebagai sebuah bangunan. Sebuah bangunan tentunya harus memiliki pondasi yang kuat agar bangunan tersebut dapat tetap kokoh. Dalam sebuah organisasi salah satu pondasi yang diprelukan adalah kaderisasi dan budaya organisasi.
Budaya dalam suatu organisasi pada hakekatnya mengarah pada perilaku-perilaku yang dianggap tepat, mengikat dan memotivasi setiap individu yang ada di dalamnya dan mengerahkan pada upaya mencari penyelesaian dalam situasi yang ambigu (Turner,1994). Pengertian ini memberi dasar pemikiran bahwa setiap individu yang terlibat di dalamnya akan bersama-sama berusaha menciptakan kondisi kerja yang ideal agar tercipta suasana yang mendukung bagi upaya pencapaian tujuan yang diharapkan.. Sumber utama budaya organisasi pada awalnya adalah pemilik, pendiri dan/atau pemimpin yang pertama, karena mereka inilah yang pertama-tama menentukan misi, visi, strategi, filosofi, dan nilai-nilai yang dianut oleh organisasi. Dengan demikian dapat dipahami bagaimana pemimpin memiliki pengaruh besar karena harus dapat bertindak sebagai model bagi terciptanya budaya organisasi yang akan berpengaruh terhadap usaha pencapaian tujuan organisasi IPMKB.
Inefisiensi pengelolaan sebuah organisasi sering diawali dengan tidak atau kurang patuh dan konsistennya beberapa pengurus dalam melaksanakan tugas. Kesalahan dan kegagalan kerja yang terjadi sering sulit ditelusuri penyebabnya karena semua orang mencoba menjelaskan bahwa dirinya bukanlah pelaku dari sebuah proses yang gagal. Sebaliknya, keberhasilan dengan mudah diakui sebagai prestasi diri karena seseorang bisa menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut merupakan bagian dari ruang lingkup tugasnya. Sering kali sebuah proses dikerjakan oleh seseorang atau sebuah unit kerja yang secara struktur organisasi dan uraian tugas bukan pemilik dari proses tersebut (process owner), sebaliknya sering pula sebuah tugas tidak ada pemiliknya. Hal tersebut biasanya diakibatkan oleh kurangnya pengendalian dan terabaikannya pengawasan terhadap penerapan sistem dan prosedur tersebut dalam kurun waktu yang cukup lama. Sehingga diperlukan perilaku IPMKB’ers yang mempunyai satu kesatuan komitmen dalam berbuat dan berfikir serta bertindak sesuai dengan kondisi masyarakat dan disiplin ilmu, profesionalitas, regenerasi dalam rangka mensukseskan pembangunan Kecamatan Benai.
15 Oktober 2008
Dari Simandolak ke Francis
Labels:
Profile Penasehat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar