Pacu Onau (enau), sesuai dengan namanya, merupakan sebuah perlombaan yang menggunakan pelepah enau sebagai alat permainan. Pelepah enau ini dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai sebuah perahu lengkap dengan nama dan warna yang menarik. Nama yang dipakai pada perahu sangat beragam dan unik bahkan ada pula yang mengungkapkan isi hati empunya perahu seperti pada perahu-perahu yang ditemukan pada lomba di Pangean. Nama-nama perahu tersebut adalah "Adiak Bapaliang kek Baju Dinas ; Kau Barubah dek Gotah Murah; dan Dek Tiger Supra Taciciar". Perahu-perahu ini menjadi multifungsi. Disamping untuk penggunaannya di dalam lomba, perahu ini juga menjadi media pengekspresian suasana hati sang pemilik.
Perahu enau yang telah diberi nama dan diwarnai ini kemudian dilombakan pada event-event besar (biasanya antar kampung dan kecamatan). Penilaian perahu yang menjadi juara adalah dengan melihat sejauh mana perahu tersebut bisa diluncurkan pada lintasan. Jarak lintasan yang digunakan tidak terbatas, artinya selagi perahu tersebut masih bisa meluncur maka sejauh itu pulalah lintasan tersebut digunakan.
Kilas Balik
Pada dasarnya Pacu Onau adalah sebuah permainan yang dimainkan oleh anak-anak. Menurut Dt. Bagindo Parkaso (Penghulu Suku Paliang di Pangean), permainan ini dulunya hanya dimainkan di kalangan umur 10-14 tahun (sekitar kelas 4-6 Sekolah Dasar). Sedangkan anak-anak yang lebih besar sudah merasa malu untuk memainkan permainan ini dikarenakan mereka sudah merasa dewasa dan memiliki ruang pergaulan yang berbeda. Pacu Onau, pada masa itu, dimaksudkan sebagai perintang waktu ashar atau dalam bahasa Pangean disebut dengan palengah-lengah ashar dan dimainkan pada musim kemarau. Hanya pada musim inilah lintasan tanah bisa digunakan, sebab pada musim hujan lintasan akan menjadi becek dan menghambat laju perahu sehingga otomatis permainan ini tidak bisa dimainkan.
Sesuai dengan keadaan pada waktu itu, perahu enau tidak menggunakan cat miyak seperti pada masa sekarang melainkan dengan menggunakan bahan pewarna alami seperti getah pohon dan bunga yang ditumbuk. Untuk warna merah, pewarna yang digunakan biasanya adalah Bunga Siti Maryam. Bunga ini ditumbuk lalu dioleskan pada perahu, namun biasanya pewarna ini tidak tahan lama sehingga harus dioleskan berulang-ulang agar tetap kelihatan menyala. Warna kuning biasanya diambil dari getah pohon Linsono yang dicampur dengan kapur sirih. tujuan pencampuran dengan kapur sirih adalah supaya warna tersebut bisa tahan lama.
Hadiah yang digunakan dalam perlombaan ini disebut dengan polok. Polok adalah bungkus rokok yang telah dilipat menjadi segitiga siku-siku. Yang membuat polok ini bernilai adalah harga bungkus rokok yang digunakan. Semakin tinggi harga rokok tersebut maka semakin besar pula nilai polok yang dijadikan hadiah. Rokok yang lazim digunakan sebagai polok adalah rokok-rokok impor seperti Serimpi (25 sen), Admiral (50 sen), Escort (50 sen) dan Kansas (100 sen). Namun, pada event-event perlombaan yang bersifat lebih besar (antar kampung), polok tidak lagi digunakan melainkan diganti dengan bendera kecil dengan nama peres. Bentuk peres tidak jauh berbeda dengan polok, namun yang menjadi kebanggaan dalam mendapatkan peres adalah tulisan Juara yang ditulis besar-besar pada bendera tersebut. Jika ada peres di sebuah rumah, maka bisa dipastikan sang pemilik rumah pernah menjadi juara pacu onau pada event tertentu.
Pacu Onau disebut juga dengan permainan musiman sebab pelepah enau tidak mungkin selamanya ada dan bisa digunakan. Ada masanya pelepah tersebut habis dan harus menunggu beberapa bulan lagi agar bisa diambil dan dijadikan perahu. Namun sayangnya, munculnya permainan-permainan baru memaksa pacu onau ini untuk menghilang dan tenggelam. Menurut sumber yang bisa dipercaya, terakhir pacu onau dimainkan anak-anak adalah pada tahun 1988, setelah ini pacu onau tidak kelihatan lagi dan digantikan oleh permainan-permainan baru.
Pacu Onau Sekarang
Pada bulan Agustus tahun 2007, untuk menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia, terbersit sebuah keinginan dari GEMPA (Generasi Muda Pasarbaru Pangean) untuk mengadakan semacam perlombaan ringan - namun bersifat nostalgia dan unik - yang diminati masyarakat. Setelah bermacam-macam usul ditampung dan dimusyawarahkan, maka dipilihlah Pacu Onau karena biaya yang dikeluarkan tidaklah seberapa besar. Disamping itu, diharapkan dengan adanya perlombaan pacu onau kembali, perhatian masyarakat akan permainan-permainan rakyat yang lama menjadi tergugah dan turut menjaga kelestarian permainan tersebut dimasa yang akan datang. Harapan ini akhirnya mendapatkan jawaban gemilang. Setelah perlombaan pertama, acara lomba pacu onau mulai tersebar ke beberapa kampung, bahkan sampai pada kecamatan tetangga. Sampai sekarang sudah tercatat puluhan lomba pacu onau dengan hadiah yang menggiurkan.
Perbedaan yang signifikan dari lomba pacu onau dahulu dan sekarang adalah pemain dan hadiah yang digunakan. Pada masa ini, pacu onau tidak lagi dimainkan oleh anak-anak melainkan orang-orang dewasa (laki-laki), bahkan adapula beberapa kecamatan yang mengadakan perlombaan pacu onau untuk perempuan. Sehingga timbul beberapa pandangan tidak baik dari masyarakat bahwa permainan ini sudah berlebih-lebihan. Hadiah yang digunakanpun sudah sangat jauh berbeda. Dari sekedar bungkus rokok, berubah menjadi uang senilai jutaan rupiah. Sehingga nilai "permainan" dari pacu onau ini sudah mulai terkikis, digantikan dengan nafsu untuk mendapatkan uang tersebut.
(Prima Wahyudi)
Note: Terima kasih untuk Dt. Bagindo Parkaso atas "nostalgia"nya yang sangat membantu dalam penulisan ini.
Selamat Datang Di Web Komunikasi Mahasiswa Benai
Selamat datang di portal komunikasi pemuda dan mahasiswa Kecamatan Benai (IPMKB) Pekanbaru. Revolusi informasi memberikan kemudahan bagi setiap kita umumnya ataupun sebuah organisasi khususnya dalam berkomunikasi dan menyampaikan informasi yang cepat dan accessible. Portal Komunikasi ini dibuat semata hanya mensupport luasnya bidang gerak bagi IPMKB dalam mempromosikan agenda kegiatan kepada IPMKB'ers dimanapun berada. Terakhir admin berharap saran - saran dan masukan dari rekan - rekan sekalian terhadap kemajuan portal ini. Salam persahabatan & Selamat berjuang IPMKB'ers...!!!
IPMKB SEBAGAI GENERASI Civil of Responsibility oleh: Heri Indra Putra
Perguruan tinggi sebagai lembaga penyelenggara pendidikan tinggi yang menghimpun Mahasiswa sebagai peserta didik di dalamnya, memiliki tanggung jawab moral dalam menciptakan suatu kondisi yang dinamis bagi berlangsungnya suasana kondusif di kehidupan masyarakat. Betapa tidak, perguruan tinggi diharapkan akan mampu melahirkan para pemikir, insan cita dan cipta yang kelak akan memberikan input yang positif dalam kehidupan masyarakat.
Selain itu, perguruan tinggi memiliki tanggung jawab untuk menciptakan insan intelektual (mahasiswa) yang berkepribadian dan berdedikasi tinggi terhadap kepentingan masyarakat, bukan sosok mahasiswa dengan pemahaman yang fragmatis dan oportunis. Artinya perguruan tinggi sebagai tempat berlangsungnya “learning process” berfungsi juga sebagai wahana pembentukan pribadi mahasiswa sebagai “agent of change” dan “agent of social control” di tengah-tengah masyarakat.
Sehingga perguruan tinggi selayaknya tidak hanya menyelenggarakan kegiatan akademis di ruang perkuliahan semata. Namun lebih dari itu, perguruan tinggi juga diharapkan mampu melahirkan insan-insan intelektual yang selain berwawasan luas dan visioner, juga memiliki kepekaan terhadap kondisi sosial masyarakat (Civil of Responsibility).
Mahasiswa sebagai salah satu komponen pembentuk masyarakat harus senantiasa meningkatkan kapabilitasnya agar dapat memberikan kontribusi positif dalam masyarakatnya. Mahasiswa harus mampu mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat demi perubahan komunitas masyarakat yang lebih baik. Serta senantiasa merespon setiap dinamika yang terjadi secara arif serta mengarahkannya pada perkembangan komunitas mayarakat yang lebih “dewasa”.
IPMKB adalah Ikatan Pemuda Mahasiswa Kecamatan Benai. IPMKB merupakan wadah untuk menampung dan mengembangkan kreatifitas dan aktifitas mahasiswa Kecamatan Benai yang ada di perguruan tinggi negeri maupun swasta serta pemuda Kecamatan Benai dimana pun berada, dan juga ikut memberi kontribusi pemikiran kontributif terhadap pengembangan dan pembangunan Kecamatan Benai khususnya dan Kabupaten Kuantan Singingi dan Provinsi Riau umumnya.
Sejalan dengan tujuan dan cita-cita IPMKB didirikan, Yaitu agar kawan – kawan Pemuda dan Mahasiswa yang ada didalam wadah ini segera mendapatkan informasi yang berkembang di daerah dan saling bertukar pikiran serta meningkatkan sumber daya manusia. IPMKB berusaha melahirkan generasi yang berwawasan berintelektulitas tinggi sehingga siap terjun ketengah-tengah masyarakat. Dan juga diharapkan dapat membela hak-hak masyarakat Kecamatan Benai dan Kabupaten Kuantan Singingi dalam rangka mewujudkan keadilan dan kemakmuran di Kecematan Benai dan Kabupaten Kuantan Singingi serta peka terhadap perkembangan zaman.
Pergerakan mahasiswa selalu menemukan momentum yang berbeda dari tiap zaman, tiap waktu memiliki tantangan dan tekanan yang berbeda, namun disitu ada kesamaan motif, yaitu moralitas dan idealisme. Dua hal yang menjadi prinsip selama hidup, bukan sementara saat di kampus, manakala masih di bangku kuliah saja. Selama di kampus, bisa saja- atau umumnya-, metodenya kolektif, dan ketika sudah lulus, metodenya lebih bersifat individual.
Hal krusial yang seharusnya dipikirkan adalah kaderisasi.Yang menarik, kalau dirunut kebelakang akar kata kaderisasi itu sendiri sesungguhnya tidak asli lokal. "Kader" adalah peng-Indonesiaan kata "cadre" kata Perancis yang berasal dari Italia "quadro" yang berasal dari Latin "quadrum" yang berarti segi empat atau bujur sangkar. Salah satu definisi atu arti kata "cadre" ini adalah "a nucleus or core group especially of trained personnel
able to assume control and to train others" yang kelihatannya cocok dengan
pengertian secara umum di Indonesia.
Kaderisasi adalah proses pendidikan jangka panjang untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada seorang kader. Siapakah kader? Kader adalah anggota, penerus organisasi. Nilai-nilai apa? Nilai-nilai yang diyakini bersama sebagai pembentuk watak dan karakter organisasi. Organisasi, apapun itu mutlak mensyaratkan kaderisasi. Kecuali bila organisasi anda adalah organisasi diri sendiri, yang anggotanya anda sendiri. Organisasi terpimpin sekalipun, dimana si Ketua menjadi Ketua sepanjang hidupnya tetap saja membutuhkan regenerasi untuk rekan kerjanya. Sebuah organisasi dapat kita analogikan sebagai sebuah bangunan. Sebuah bangunan tentunya harus memiliki pondasi yang kuat agar bangunan tersebut dapat tetap kokoh. Dalam sebuah organisasi salah satu pondasi yang diprelukan adalah kaderisasi dan budaya organisasi.
Budaya dalam suatu organisasi pada hakekatnya mengarah pada perilaku-perilaku yang dianggap tepat, mengikat dan memotivasi setiap individu yang ada di dalamnya dan mengerahkan pada upaya mencari penyelesaian dalam situasi yang ambigu (Turner,1994). Pengertian ini memberi dasar pemikiran bahwa setiap individu yang terlibat di dalamnya akan bersama-sama berusaha menciptakan kondisi kerja yang ideal agar tercipta suasana yang mendukung bagi upaya pencapaian tujuan yang diharapkan.. Sumber utama budaya organisasi pada awalnya adalah pemilik, pendiri dan/atau pemimpin yang pertama, karena mereka inilah yang pertama-tama menentukan misi, visi, strategi, filosofi, dan nilai-nilai yang dianut oleh organisasi. Dengan demikian dapat dipahami bagaimana pemimpin memiliki pengaruh besar karena harus dapat bertindak sebagai model bagi terciptanya budaya organisasi yang akan berpengaruh terhadap usaha pencapaian tujuan organisasi IPMKB.
Inefisiensi pengelolaan sebuah organisasi sering diawali dengan tidak atau kurang patuh dan konsistennya beberapa pengurus dalam melaksanakan tugas. Kesalahan dan kegagalan kerja yang terjadi sering sulit ditelusuri penyebabnya karena semua orang mencoba menjelaskan bahwa dirinya bukanlah pelaku dari sebuah proses yang gagal. Sebaliknya, keberhasilan dengan mudah diakui sebagai prestasi diri karena seseorang bisa menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut merupakan bagian dari ruang lingkup tugasnya. Sering kali sebuah proses dikerjakan oleh seseorang atau sebuah unit kerja yang secara struktur organisasi dan uraian tugas bukan pemilik dari proses tersebut (process owner), sebaliknya sering pula sebuah tugas tidak ada pemiliknya. Hal tersebut biasanya diakibatkan oleh kurangnya pengendalian dan terabaikannya pengawasan terhadap penerapan sistem dan prosedur tersebut dalam kurun waktu yang cukup lama. Sehingga diperlukan perilaku IPMKB’ers yang mempunyai satu kesatuan komitmen dalam berbuat dan berfikir serta bertindak sesuai dengan kondisi masyarakat dan disiplin ilmu, profesionalitas, regenerasi dalam rangka mensukseskan pembangunan Kecamatan Benai.
22 Februari 2009
Pacu Onau
Labels:
esai budaya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar